November 24, 2008

Revolusi Cuba

Revolusi Cuba lebih memiliki kesadaran untuk melakukan perjuangan melawan penindasan perempuan bahkan sejak awal revolusi Rusia
Setelah memenangkan revolusi sosialis, Cuba mulai memperbaiki sistem pelayanan pendidikan dan kesehatan dan membuka lapangan kerja seluasnya. Federasi perempuan Kuba didirikan sehingga kesetaraan perempuan bukan sekedar slogan namun terstruktur dimana perempuan dapat mengorganisir perjuangan untuk kesetaraan. Perjuangan untuk melawan sikap sexist telah menghasilkan undang-undang yang mengatur laki-laki untuk ikut mengambil separo kerja-kerja domestik
Saat ini kaum perempuan Kuba telah menduduki berbagai posisi di bidang ekonomi, 54% dari pekerjaan tehnis dipegang oleh perempuan. Kaum perempuan juga mendominasi dunia pendidikan dan medis dari posisi terendah hingga posisi atas. Dan hal ini didapat dengan melakukan kompetisi dengan laki-laki. Ratusan pusat penitipan anak didirikan
Kaum perempuan memegang peranan dalam mendapatkan bantuan internasional bagi Kuba, baik yang bersifat kemanusiaan hingga militer. Semakin bertambah jumlah perempuan yang menduduki posisi publik di pemerintahan dan diplomasi
Kaum perempuan mengalami kemajuan di negara kepulauan yang berjarak hanya 140 Km dari Amerika. Kuba adalah negara miskin, hal ini lebih banyak karena selama lebih dari 30 tahun mengalami blokade ekonomi oleh Amerika sehingga Kuba tergantung pada Uni Sovyet dan Eropa Timur untuk mendapat bahan bakar dan mesin. Agresi Amerika terus berlanjut dengan berdirinya pangkalan militer Amerika di Teluk Guantanamo
Setelah kejatuhan blok Sovyet, Kuba mengalami krisis ekonomi. Kuba kehilangan akses terhadap negara yang menjadi partnerdagang dan lebih menderita akibat blokade ekonomi yang melarang tiap negara untukmelakukan perdagangan dengan Kuba. Namun kesulitan ekonomi ditanggung bersama oleh rakyat Kuba dan program penyetaraan perempuan terus berjalan
Diluar masalah ini, Kuba telah menjadi contoh bagi rakyat dunia ketiga dan kaum miskin di Amerika latin selama lebih dari 30 tahun

Pengalaman Sandinista di Nicaragua
Revolusi Sandinista di Nicaragua belajar dari revolusi Kuba dan pengaruh dari gelombang kedua perjuangan pembebasan perempuan di seluruh dunia. Perempuan Nicaragua tergabung dalam organisasi perempuan AMPRONAC yang turut memobilisir perempuan dalam perjuangan revolusioner untuk menggulingkan kediktatoran Somoza
Di tahun 1979 setelah berhasil menggulingkan kediktatoran Somoza yang didukung oleh Amerika, AMPRONAC mengubah nama menjadi AMNLAE yang memiliki 2 tujuan-berjuang untuk mempertahankan revolusi dan memperjuangkan pembebasan perempuan dalam revolusi-
Di tahun 1977 hanya 29% kaum perempuan yang bekerja. Di akhir tahun 80-an, 37% dari pekerja industri adalah perempuan, 35% dari pekerja pertanian dan 44% dari gerakan koperasi. Kaum perempuan juga mulai masuk di dinas kemiliteran. 80% dari penjaga malam revolusioner dan 70% brigade pertahanan sipil adalah perempuan. Kaum perempuan menduduki 31% dari kepemimpinan di pemerintahan Sandinista. Mereka juga mendapat training tehnik dan pendidikan lanjutan ketiga. Pusat penitipan anak mulai dibangun di pedesaan dan kota
Meningkatnya partisipasi perempuan dalam politik dan kehidupan produksi di Nicaragua juga dipacu oleh perjuangan melawan Amerika setelah perang usai. Tetapi dalam periode ini kemajuan yang dicapai bukan hanya secara ekonomi namun juga perubahan dalam perlakuan terhadap perempuan. Kesetaraan sipil mulai dijalankan, penggunaan tubuh perempuan dalam iklan dilarang, hukum perceraian diamandemen sehingga perceraian dapat dilakukan secara sepihak, dan hukum yang menjamin agar kedua orangtua turut bertangungjawab atas penyediaan pangan, medis, rumah untuk anak-anak baik dari maupun diluar perkawinan
Terdapat sebuah periode di pertengahan 80-an selama perang dimana tuntutan perempuan diabaikan, namun dalam 2 tahun keadaan berbalik seiring dengan meningkatnya peran AMNLAE. Kaum perempuan memasuki dewan konstitusi dimana terdapat diskusi mengenai konstitusi baru. Kaum perempuan mulai mengorganisir serikat buruh dan organisasi massa lainnya. Aktifitas ini untuk menghancurkan penghalang atas meningkatnya partisipasi perempuan
Hal ini menimbulkan kontradiksi antara ‘lingkungan pribadi’-keluarga berencana, aborsi, kekerasan domestik, kekerasan sexual di tempat kerja, perlawanan terhadap machismo- dengan lingkungan publik untuk pertama kalinya dalam sejarah Nicaragua. Tuntutan ini kemudian disahkan dengan diratifikasinya konstitusi baru. Pusat biro hukum khusus didirikan untuk memastikan bahwa hukum-hukum ini dijalankan. Biro hukum ini membantu kaum perempuan dalam mengatasi problem mendesak, memberi pendidikan mengenai hak-hak mereka dan menyediakan konseling. Mereka juga mengkampanyekan kekerasan terhadap perempuan. Hal yang sama juga terjadi didalam serikat buruh untuk perbaikan kondisi perempuan, bahkan pendidikan sex dan keluarga berencana di tempat kerja
Dalam pemilu 1990 di Nicaragua, Dewan Nasional berencana untuk merancang hukum tentang kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak serta menghapus undang-undang yang menganggap aborsi sebagai tindakan kriminal. Sejak FSLN kalah dalam pemilu, AMNLAE harus berjuang untuk mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai perempuan karena pemerintahan Presiden Violetta Chamorro yang didukung Amerika telah bertekad untuk mengembalikan posisi perempuan ke rumah dibawah slogan Patria Potestad-‘hak suami’ untuk ‘mengontrol’ keluarganya. Dimulailah pemecatan terhadap pekerja perempuan. Di tahun 1992 pemerintahan Chamorro mengadopsi hukum anti-homoseksual yang paling represif di Amerika latin
Berbagai diskusi dan evaluasi digelar yang membahas tentang peran AMNLAE, hubungannya dengan FSLN dan cara untuk membuktikan peran organisasi perempuan dalam memperjuangkan hak-haknya. Keberhasilan yang dicapai oleh kaum perempuan Nicaragua selama periode 10 tahun pada pemerintahan revolusioner dibawah kepemimpinan FSLN telah menjadi contoh bagi kaum perempuan di negara-negara belum berkembang lainnya.
Di beberapa negara seperti Filipina, Palestina dan Indonesia, kaum perempuan mengorganisir diri dengan mengambil contoh pengalaman di Nicaragua. Organisasi perempuan bergabung dengan mobilisasi kelas tertindas lainnya
Pengalaman Nicaragua sebagai’revolusi dalam revolusi’ semakin menjadi contoh bagi menyatunya perjuangan perempuan dengan kelas tertindas lainnya. Maksud dan tujuan dari tahun-tahun awal revolusi Rusia semakin diyakini sebagai langkah maju meskipun bentuk-bentuk organisasi sudah berkembang sejak saat itu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar kawan-kawan sangat diperlukan untuk perubahan organisasi kami...