Maret 22, 2009

Bapedalda Kota Jayapura menyelenggarakan sosialisasi pendidikan lingkungan bernuansa Papua kepada para guru dari tingkat TK-SMP-SMA. Sosialisasi ini untuk menerapkan pendidikan lingkungan menjadi salah satu mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) Salah satu guru mata pelajaran Geografi di SMA YPPK Asisi Sentani Yemima Laly kepada Jubi mengatakan lingkungan adalah paru-paru dunia atau paru-paru manusia. Jika lingkungan tak sedap atau tak ada pohon maka manusia merasa tak segar. Mata Pelajaran Muatan Lokal (Mulok) yang selama ini diajarkan kepada siswa adalah Mulok tentang sagu yakni para siswa diajarkan mengenai bagaimana menanam sagu, diolah menjadi makanan begizi sampai menjadi kue sagu (kusago).Namun, Mulok ini dianggap belum pas dengan situasi dan kondisi lingkungan yang ada karena lingkungan di Sekitar Kota Sentani selalu terjadi banjir bila turun hujan. Yemima menuturkan bahwa setelah dirinya mengikuti beberapa kegiatan tentang lingkungan masing-masing dari Badan Pegendali dan Pengelola Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Provinsi Papua di Jayapura dan Foker LSM Papua yang di selenggarakan belum lama ini, ia mendapat pemahaman tentang lingkungan dan dampaknya. Kemudian ia bandingkan dengan kondisi Daerah Sentani, dimana sering terjadi banjir akibat kotoran dan banyak sampah.Untuk itu, Jemima mengungkapkan bahwa mata pelajaran Mulok ini perlu diberikan kepada para siswa agar mereka mengetahui alasan-alasan mengapa terjadi banjir, tanah longsor dan lain-lain.Mulok tentang lingkungan ini sudah dirapatkan bersama dan rencana akan diajarkan pada tahun ajaran baru nanti pada bulan depan setelah ujian semester. Mulok tentang lingkungan ini masih belum terfokus tetapi masih secara umum. Namun pihaknya berharap ada fokus pembelajaran dalam pemberian Mulok tentang lingkungan ini kepada para siswa. Agar Mudah Dimasukan Dalam Silabus Untuk itu, pemerintah lewat Dinas Pendidikan dan Pengajaran (P dan P) Provinsi Papua dapat memberikan kurikulum kepada masing-masing sekolah dan sekaligus menentukannya dalam bentuk kurikulum. Agar para guru mudah memasukannya dalam silabus sebab biasanya yang menjadi kendala dalam penentuan mata pelajaran adalah Silabus. Selain itu, mudah diajarkan oleh para guru di masing-masing sekolah kepada para siswa karena kalau Mulok tentang lingkungan saja jelas pengertiannya luas.“Saya sebagai Guru Geografi menganggap Mulok tentang lingkungan ini bagus karena anak-anak sekarang mengetahui tentang lingkungan,” ujar Yemima.Yemima berharap Mulok tentang lingkungan ini jangan hanya diajarkan di Kabupaten Jayapura saja tetapi di Kota Jayapura juga diajarkan. Karena saat ini banyak orang tak mencintai lingkungan seperti membuang sampah tak pada tempatnya, menebang pohon atau illegal logging dan lain-lain.Sementara itu, Guru Mata Pelajaran Biologi SMA YPPK Asisi Sentani Yohana Rumayom, yang diberi tanggung jawab untuk mengajar mata pelajaran Mulok mengatakan, Mulok yang selama ini diajarkan adalah Mulok tentang Kue Sagu (Kusagu) namun Mulok tentang lingkungan ini belum diajarkan kepada para siswa. Mulok tentang lingkungan akan dimasukan dalam kurikulum untuk diajarkan di semua kelas yakni kelas X–XII pada semester baru nanti.Yohana menuturkan, Mulok tentang lingkungan ini dititikberatkan pada kondisi lingkungan Sekitar Kota Sentani, Kabupaten Jayapura. Selain itu juga dapat dikaitkan dengan Mulok di lingkungan tempat tinggal masing-masing.“Mengapa Mulok bisa diambil dan diajarkan kepada siswa? karena lingkungan di Sekitar Kota Sentani sering terjadi banjir yang mengakibatkan sejumlah infrastruktur seperti jalan dan jembatan yang hancur pada tahun 2006 lalu.“Saya anjurkan agar siswa setelah mengikuti mata pelajaran Mulok dapat mempraktekan seperti memelihara pohon karena lingkungan sangat berpengaruh terhadap aktifitas manusia. Seadainya tak ada pohon maka manusia akan merasa tak nyaman,” ujar Yohana. Selain itu, menurut Kepala Sekolah SMA YPPK Asisi Sentani Dra. Kasnah Napitu mengatakan bahwa Mulok sangat bagus jika diajarkan kepada siswa. Agar para siswa mengetahui tentang lingkungan. “Kita harus ciptakan lingkungan yang bersih,” ujarnya seraya menambahkan mata pelajaran itu sangat relevan dengan lingkungan hidup juga dapat melatih para siswa mengetahui suasana asli dari lingkungan itu agar tetap hijau. Sekalipun pengetahuan sedikit tetapi setidaknya siswa dapat tau mengetahui pentingnya lingkungan,” tukasnya.Kemudian Deby Herawati Yoku, salah seorang siswa menandaskan, hutan adalah paru-paru dunia. Tanpa hutan manusia merasa hampa seperti tanpa pohon di pinggiran jalan saat panas maka jelas akan berlindung. Hujan juga bisa dikatakan tempat perlindungan bagi manusia.Deby menuturkan bahwa bagi dia Mulok tentang lingkungan itu sangat bagus jika diajarkan kepada mereka karena dengan begitu pemahaman dan pengertian mereka terutama bagi generasi penerus mempunyai pengetahuan tentang lingkungan. Waktu sangat sedikit untuk mendapatkan Mulok tentang lingkungan di sekolah, untuk itu dalam pemberian mata pelajaran Mulok ini bisa langsung dipraktekkan dengan lingkungan dimana ia berada.“Pemanfaatan hutan saat ini sangat kurang sekali. Hal ini dapat dilihat seperti pada Lingkungan Cagar Alam Cycloop yang telah mengalami kekeringan. Sedangkan kita berharap pemerintah seharusnya dapat melestarikannya” ujar Deby.Deby juga mengutarakan bahwa dirinya pernah beberapa kali mengikuti klub pecinta alam dari CPA Hirosi yang digelar oleh Yayasan Pendidikan Lingkungan Hidup (YPLHC) Cycloop Papua. Selain itu, ia juga mengaku ikut lintas alam penanaman pohon dan pembersihan hutan di Jalan Toladan sampai Kantor Bupati Kabupaten Jayapura.Kegiatan seperti ini sangat bagus bagi pemuda-pemudi terutama untuk Orang Papua. Kerusakan hutan yang bisa dilihat adalah penebangan kayu/pembalakan liar dan lain-lain. Deby mengaku dirinya bersama teman-temannya sangat sulit melestarikan hutan yang ada.Selain, cara lain yang harus dilakukan adalah tidak membuang sampah sembarangan. Dirinya juga berharap jika ada kegiatan dari LSM maupun instansi lain mereka berharap dapat dilibatkan bersama rekan-rekannya. Menunjang Sistem KompetensiWakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMK Negeri 3 Jayapura, Nur Achmadi kepada Jubi menjelaskan tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). “Mulok, intinya kurikulum seperti apa yang menunjang kira-kira di daerah ini apa yang menonjol. Kalau di SMK Negeri 3 Jayapura khususnya Mulok adalah kurikulum yang sifatnya menunjang sistem kompetensi yang ada di jurusan masing-masing. Di Jurusan Bangunan misalnya, untuk muatan KTSP di luar Mulok itu belum ada bangunan anti gempa, kita bikin Mulok bangunan anti gempa. Jurusan Permesinan, Mulok las dan kelistrikan. “Minimal siswa sedikit memahami tentang kelistrikan,” ujarnya. Sementara itu, Staf Yayasan Pendidikan Lingkungan Hidup Cykloop (YPLHC) Papua Siprianus Guntur S.Si mengatakan kepada Jubi Mulok seharusnya sudah ada di semua mata pelajaran. Pendidikan lingkungan hidup bukan hanya mempelajari hutan dan sampah tetapi sebenaranya mempelajari tiga dimensi mencakup ekonomi, sosial dan ekologi.Memang sangat bagus lingkungan hidup masuk dalam Mulok dan dijadikan mata pelajarang namun yang jadi kendala adalah semua bidang studi sudah masuk dalam kurikulum nasional. Sehingga sebaiknya lingkungan hidup dijadikan mata pelajaran Mulok. “Di Pulau Jawa lingkungan hidup dimasukan ke dalam Mulok. Untuk itu kita di Papua, Mulok harus dimasukkan ke dalam mata pelajaran,” katanya. (Musa Abubar/Carol Ayomi)



Sumber :

http://www.tabloidjubi.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1683&Itemid=54

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar kawan-kawan sangat diperlukan untuk perubahan organisasi kami...