Maret 11, 2009

Dialog Jakarta Papua Sebuah Perspektif Papua

Contributed by Kyoshi Rasiey
Wednesday, 11 March 2009
Lagi sebuah peluncuran buku berjudul Dialog Jakarta Papua Sebuah Perspektif Papua di aula Sekolah Tinggi Filsafat Fajar Timur (STFT)-Papua. Buku setebal 52 halaman sebenarnya merupakan beberapa artikel dari penulis Dr Neles Tebay yang pernah dimuat pada Harian The Jakarta Post, Sinar Harapan, Suara Pembaharuan dan Pasific Post. Kepada JUBI di sela sela peluncuran buku di Aula STFT, Rabu (11/3) Dr Neles Tebay mengatakan buku ini merupakan
pendapat pribadi dan tidak mewakili pendapat orang lain sehingga kalau ada yang mau berbeda itu hak mereka untuk beragumentasi dalam menyampaikan aspirasinya.
Pertama, mengenai judul buku, saya beri judul Dialog Jakarta-Papua: Sebuah Perspektif Papua. Saya menulis sebuah perspektif Papua, bukan perspektif Papua. Artinya isi buku ini bukanlah pandangan dari semua orang Papua, melainkan hanya satu perspektif dari Papua,ujar Tebay. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dia menyadari orang lain di Papua dapat saja mempunyai perspektif yang lain tentang dialog antara Jakarta dan Papua.
Kedua saya melihat bahwa konflik Papua yang melibatkan dua belah pihak yakni Pemeirintah Indonesia dan orang asli Papua ini sudah berlangsung sejak 1960 an sampai sekarang belum dituntaskan secara menyeluruh, tegas Tebay Ketua STFT.
Ditegaskan Tebay, selama konflik Papua ini berlangsung Pemerintah Indonesia dan orang asli Papua saling memandang dan memberlakukan satu sama lain sebagai musuh. Kedua belah pihak yang bertikai ini berperan sebagai problem makar dan hubungan antara kedua belah pihak ini diwarnai oleh kecurigaan dan ketidakpercayaan,tutur Neles Tebay.
Ditegaskan Tebay, untuk menyelesaikan konflik Papua, kata dia kedua belah pihak yang selama ini bertikai perlu mengambil posisi yang baru. Maka saran dia Pemerintah Indonesia dan orang Papua perlu mengambil posisi sebagai problem sover, pemecah masalah.Dengan posisi baru ini, kedua belah pihak akan menggumuli secara bersama konflik Papua dan mencari jalan keluar secara damai. Posisi dan peran baru ini dapat dilakukan di dalam dan melalui
suatu dialog,ujar Neles Tebay. Ditambahkan melalui dialog inilah, kedua belah pihak bersama sama dapat mengindetifikasi persoalan- persoalan dan mencarikan solusi yang diterima dan disetujui kedua belah pihak.
Ke empat lanjut dia tidak adanya konsep dialog, sekalipun pentingnya dialog konflik Papua telah diakui berbagai pihak yang bertikai selama ini. Banyak elemen masyarakat Papua menyuarakan dialog sebagai mekanisme yang bermartabat untuk mencari penyelesaian dama atas konflik Papua, tetapi mereka tidak memperlihatkan konsep dialog yang dihendakinya,”ujar Tebay. Dilain pihak kata dia pemerintah pun, dalam berbagai kesempatan berjanji untuk
menyelesaikan konflik Papua secara dama dengan pendekatan dialog, tetapi tidak pernah menawarkan konsep tentang dialog. Tulisan sederhana ini bermaksud mengisi kekosongan bahan tertulis tentang dialog konflik di Papua,kata Neles Tebay mantan koresponden The Jakarta Post di Papua.
Kelima lanjut dia sekalipun penulis buku ini orang asli Papua tetapi tidak boleh dianggap sebagai pandangan dari orang Papua. Saya membuat tulisan ini atas nama pribadi, bukan mewakili sekelompok atau semua orang Papua. Sebab itu saya ingin menegaskan bahwa tulisan ini hanya memuat pandangan probadi si penulis, bukan pendapat semua orang Papua,ujar Tebay.
Ditambahkan orang Papua yang lain mungkin mempunyai konsep dialog yang berbeda dari konsep yang dia tawarkan dalam tulisan ini. Kalau ternyata ada orang Papua yang mempunyai pandangan yang sama tentang isi dari tulisan ini, maka hal ini terjadi secara kebetulan saja. Orang boleh saja menerima atau menolak konsep dialog ini,ujar Tebay.
Keenam kata dia, dalam buku kecil ini mencakup lima belas (15) pokok antara lain bagian
(1) menggambarkan pentingnya dialog Jakarta guna menyelesaikan masalah Papua secara damai,
(2) memperlihatkan adanya kemauan untuk berdialog dari kedua belah pihak yang bertikai,
(3) mengangkat pentingnya pernyataan public orang Papua bahwa isu kemerdekaan Papua tidak akan dibahas dalam dialog.
(4) Menekankan pentingnya Pemeirntah Indonesia memperlihatkan keseriusan berdialog dengan orang Papua,
(5) mengangkat pentingnya kerangka acuan dialog,
(6)memaparkan prinsip prinsip dasar,
(7) menguraaikan tujuan dialog,
(8) menekankan pentingnya partisipasi masyarakat Papua,
(9) menawarkan target target yang dapat dicapai melalui dialog Jakarta - Papua,
(10) menggambarkan tahapan dialog,
(11) mengindentifikasi peserta dialog ,
(12) mengindintifikasi fasilitator dan peranannya,
(13)menyinggung pentingnya keterlibatan lembaga lembaga ilmiah,
(14) menerangkan peranan pihak ketiga, dan
(15)menekankan pentingnya monitoring tindak lanjut.
Semua pokok yang dibahas dalam buku kecil ini bukanlah merupakan sebuah gagasan baru sebab sudah diungkapkan dalam berbagai artikel meskipun sepotong potong dalam beberapa media antara lain The Jakarta Post, Suara Pembaharuan, SinarHarapan, dan majalah Sampari. Dengan demikian tulisan ini merupakan rangkuman pemikiran penulis tentang dialog antara pemerintah dan orang Papua dalam kerangkan menyelesaikan masalah Papua secara damai.
Ketujuh, dengan menyampaikan pendapat pribadi ini, penulis tidak bermaksud untuk mendikte pihak manapun, baik pihak pemeirntah mau pun pihak orang Papua.”Saya hanya mengharapkan agar buku kecil ini, mudah mudahan dapat dijadikan sebagai bahan untuk memulai dan membuka diskusi lebih lanjut baik di dalam maupun di luar tanah Papua demi menyelesaikan konflik Papua melalui dialog Jakarta-Papua,ujar Tebay. Ditegaskan orang Papua
dapat menerima semua aspek yang telah ditawarkan dalam buku kecil ini atau pun dia juga tidak keberatan kalau ada orang Papua yang menolak semuanya atau hanya menerima sebagian kecil saja. Hal yang sama dapat pula dilakukan pemerintah Indonesia ,ujar Neles Tebay. Lebih lanjut dia menjelaskan dengan adanya buku kecil ini, pemerintah dan orang Papua dapat membahas aspek aspek dalam dialog, hingga mencapai suatu pemahaman yang sama tentang dialog yang dikehendaki kedua belah pihak dalam rangka penyelesaian masalah Papua. (Dominggus A
Mampioper/Yunus Paelo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar kawan-kawan sangat diperlukan untuk perubahan organisasi kami...