Oktober 01, 2008

Materi Perempuan : FEMINISME

Buku Feminisme dan sosialisme merupakan resolusi yang dikeluarkan pada konferensi nasional Partai Sosialis Demokratik pada bulan Januari 1992. Ini merupakan resolusi terakhir dari serangkaian resolusi yang dikeluarkan oleh Partai Sosialis Demokratik sejak berdirinya di tahun 1972, dalam menganalisa penindasan terhadap perempuan, dan pentingnya menghapuskan penindasan ini sebagai bagian dari perjuangan untuk mencapai masa depan yang lebih berkeadilan sosial, demokratis dan berkelanjutan
Partai Sosialis Demokratik dan organisasi pemuda yang bernaung di bawahnya yaitu Resistance, bersama-sama memperjuangkan kebangkitan gerakan pembebasan perempuan sejak awal 1970-an. Pembebasan perempuan telah menjadi komitmen dalam kerja-kerja partai selama lebih dari 20 tahun
Partai Sosialis Demokratik dan Resistance turut dalam perjuangan dan kampanye gerakan ini-sejak konferensi pembebasan perempuan yang pertama di Sydney pada bulan Januari 1971 dan perayaan hari perempuan internasional yang pertama dan terbesar di Melbourne pada tahun 1972 hingga berbagai kampanye dan peringatan hari perempuan internasional pada saat ini
Selama lebih dari dua dekade kami terlibat dalam sebagian besar kampanye untuk hak-hak perempuan-perjuangan untuk hak perempuan dalam mengontrol reproduksi dan kesuburan yang diorganisir oleh Aksi Kampanye Perempuan untuk Aborsi; memperjuangkan agar gerakan serikat pekerja mengangkat isu dan tuntutan perempuan melalui Kampanye Piagam Pekerja Perempuan; dan dalam perjuangan untuk menghapuskan pemisahan dan diskriminasi jenis kelamin dalam industri-sebagai contoh, melalui kampanye pekerjaan untuk perempuan telah memaksa BHP untuk mempekerjakan perempuan di industri baja miliknya di Port Kembla dan Newcastle dan membayar kompensasi atas praktek diskriminasi dalam pengupahan. Kampanye ini berhasil menjadi aksi kelas (class action) yang pertama di Australia
Kami memperjuangkan hak-hak perempuan dalam pendidikan, pekerjaan dan di masyarakat; upah dan kondisi kerja yang lebih baik bagi perempuan; melawan kekerasan dan perkosaan, pelayanan yang lebih bagus untuk perempuan di masyarakat; menentang praktek diskriminasi di segala sektor
Kami juga melebur dalam perjuangan untuk menolak definisi sempit tentang peran sosial perempuan yang dibatasi hanya sebagai istri dan ibu dalam keluarga. Bagian dari perjuangan ini adalah untuk mempertegas kembali definisi positif tentang perempuan oleh perempuan, dengan adanya stereotype atas perempuan yang dibangun oleh media massa dan iklan melalui dampak negatifnya terhadap kesehatan perempuan, yang menyentuh kehidupan pribadi mereka. Selain perjuangan untuk melawan sensorship sehingga kaum perempuan dapat menguasai tubuh mereka sendiri, juga kesehatan, kesuburan dan seksualitas mereka tanpa mengalami tuduhan berbuat cabul dan berbagai tindakan menindas lainnya

Neo-Liberalisme
Saat ini feminisme dan hak-hak perempuan mengalami tekanan terberat sejak kurun waktu 40 tahun terakhir sebagai usaha untuk menghancurkan hak-hak yang berhasil dimenangkan oleh gerakan perempuan pada tahun 1970-an
Tekanan ditujukan pada kontrol perempuan atas kesuburan dan tubuh mereka, pemotongan subsidi terhadap pelayanan penitipan anak, Rumah penampungan untuk korban perkosaan dan pengungsi perempuan, dan beberapa program seperti, anti diskriminasi sex dan kesempatan yang sama merupakan sebagian dari kerja bersama kapitalisme Australia untuk keluar dari kemacetan ekonomi dan meningkatkan pendapatan dengan cara memotong anggaran publik partai Sosialis Demokratik dan organisasi pemuda yang bernaung di bawahnya yaitu Resistance, bersama-sama memperjuangkan kebangkitan gerakan pembebasan perempuan sejak awal 1970-an. Pembebasan perempuan telah menjadi komitmen dalam kerja-kerja partai selama lebih dari 20 tahun Partai Sosialis Demokratik dan Resistance turut dalam perjuangan dan kampanye gerakan ini-sejak konferensi pembebasan perempuan yang pertama di Sydney pada bulan Januari 1971 untuk mempropagandakan bahwa kaum perempuan telah meraih kesetaraan dan tuntutan yang berlebih dianggap ‘melangkah terlalu jauh’. Siapapun yang berani mempersoalkan ketidaksetaraan gender dibungkam dan di cap ‘ mengoreksi pikiran polisi secara politis’
Tuduhan ini didasarkan pada mitos bahwa dalam masyarakat kapitalis kita semua memulai kehidupan yang setara dan setiap orang memiliki kesempatan yang sama. Tanpa mengurangi perbedaan dalam kesejahteraan keluarga atau keabsahan sejarah dan terus menjalankan ketidakadilan strata berdasarkan jenis kelamin, ras dan lain-lain, mitos ini menggariskan peran masyarakat sebagai lahan bermain levelisasi. Apabila terdapat usaha untuk menggugat sejarah ketidaksetaraan oleh kelompok tertentu untuk mempertinggi peluang mendapatkan hak yang sama akan dicap sebagai ‘koreksi politis’ dan dicela sebagai perlakuan istimewa
Serangan balik dari kelas penguasa telah memberikan ruang yang lebih besar bagi ekstrim kanan untuk meneruskan serangan ideologis menentang tujuan gerakan gelombang kedua feminisme.
Setelah dua dekade dilakukan penyingkiran secara aktif terhadap gerakan sosial progresif, korban-korban politik bermunculan kembali dan kaum perempuan-yang ‘mengambil kerja-kerja laki-laki’, ‘mengabaikan anak-anak mereka’, ‘memperkaya diri dengan ‘tunjangan’ bekas suami’, ‘membunuh anak-anak yang masih dalam kandungan’, dan seterusnya-berada dalam posisi kritis, bersama dengan penduduk asli, kaum pendatang dan kaum muda. Lebih jauh lagi serangan ini telah mendorong wacana debat politik ke arah kanan, dan memfasilitasi serangan terhadap hak-hak perempuan bahkan dengan lebih cepat dan keras dari yang pernah dilakukan oleh partai yang berkuasa

Liberal Feminisme
Sepanjang tahun 1970-an pertahanan kaum perempuan dalam menghadapai serangan ini semakin melemah
Hal ini bukan berarti bahwa massa perempuan tidak menyadari akan serangan ini atau tidak marah karenanya. Secara luas, kaum muda perempuan berpartisipasii dalam sejumlah kampanye yang tersebar dalam berbagai front untuk menentang serangan ini
Sepanjang tahun 1980-an, kebanyakan para pemimpin menerima uang suap. Beberapa pejabat baru di pemerintahan untuk menunjukkan perhatian pada tuntutan feminis menjalankan lebih banyak program yang didanai oleh pemerintah (Pemerintah Federal menyumbangkan 1,3 trilyun dollar untuk pendanaan program dan organisasi perempuan di tahun 1994/95), para pimpinan gerakan juga ditawari peluang kerja dan membangun karir.
Ketika undang-undang berhasil dimenangkan pada tahun 1980-an, konsesi terhadap gerakan (seperti tindakan diskriminasi seks pada tahun 1984 dan aksi persetujuan pada tahun 1986) seringkali tidak dapat diterapkan dan hukumannya sangat kecil, kalaupun ada, hukuman tersebut tidak benar-benar dilakukan. Namun tanpa disertai pendistribusian kembali rantai ekonomi di masyarakat, tetap saja menimbulkan kesulitan bagi kaum perempuan. Disamping hak-hak formal yang semakin mandul, bagaimanapun, pengakuan mereka secara efektif digunakan oleh beberapa femocrat baru untuk menangkis kritik dan memberikan dukungan mereka untuk ALP. Dalam proses yang ‘dibuat sendiri’ oleh sekelompok kecil perempuan secara individu. Di saat yang bersamaan, ketika jumlah perempuan yang menduduki jajaran posisi eksekutif dalam perusahaan-perusahaan besar dan Bank masih sangat sedikit (penempatan posisi ini sebagian besar masih ditentukan oleh status klas dan gender), jumlah kaum perempuan yang menempati ‘jenjang’ karir di parlemen, birokrat, akademika dan media justru lebih besar dari sebelumnya
Demikian juga dengan aktifis feminis yang dikenal sebagai sayap militan dalam gerakan, banyak yang terjebak dengan kerja-kerja sosial dan tunjangan kesejahteraan untuk perempuan yang berasal dari Pemerintah sehingga seringkali melakukan kompromi politik untuk menghindari berkurangnya tunjangan dana tersebut
Dengan demikian harus di lihat kembali dan digarisbawahi kemandirian politik gerakan dan kesadaran massa seputar pembebasan perempuan. Feminisme Liberal-yang berpandangan bahwa penindasan perempuan tidak lebih dari sebuah bentuk diskriminasi dalam sistem kapitalisme yang hanya bisa dihilangkan dengan cara sederhana yaitu mendapatkan pengakuan kesetaraan secara utuh –semakin menguat, mengasingkan potensi radikal gerakan
Hal ini terjadi baik secara langsung melalui para femokrat dan politisi perempuan yang mendemobilisasi kampanye yang mengancam kekuatan pemilih dari partai buruh (yang menjadi sumber dana dan jenjang karir mereka), maupun secara tidak langsung melalui metode lobi dan perspektif reformis yang didorong oleh para feminis yang bekerja keras untuk mencegah tumbuhnya radikalisme dalam gerakan buruh
Bagaimanapun juga, kemenangan dominan kaum feminis liberal dalam gerakan bukan hanya karena perspektif dan metode mereka yang secara fundamental berjalan harmoni dengan Pemerintah Partai Buruh. Cengkeraman kaum Liberal dalam gerakan juga diperkuat oleh lemahnya seksi sayap sosialis dalam gerakan, yang dipotong oleh Stalinisme dan Eurocommunisme (terutama akibat pengaruh dari Partai Komunis Australia), sehingga tidak tersedia alternatif kepemimpinan dalam gerakan
Hingga saat ini masih banyak kaum perempuan yang tergabung dalam Partai Buruh Australia berdebat tentang hak-hak perempuan-yang pada akhirnya, mereka dapatkan secara tidak seimbang dari keberhasilan gerakan feminis. Tetapi dalam prakteknya, mereka mengabdi pada kepentingan kelas penguasa. Ketika melakukan pembelaan terhadap kesamaan hak dan kepentingan organisasi perempuan, mereka gagal menggalang dukungan publik untuk memenuhi tuntutan feminis atau menggunakan posisi mereka dalam memobilisir massa untuk memperbaiki situasi mayoritas perempuan
Aksi yang mereka lakukan untuk kepentingan mayoritas, hanya dilakukan sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan mereka secara pribadi untuk tetap berada dalam posisi mereka saat ini
Kaum Feminis Liberal ini telah mengabaikan pembangunan gerakan massa perempuan yang aksi dan tujuannya adalah untuk memperbaiki kondisi kehidupan kaum perempuan secara keseluruhan. Mereka kini bertentangan dengan gerakan yang jika semakin kuat dan sukses akan membahayakan rencana dan kepentingan mereka sendiri (status kelas)
Meskipun terdapat konflik mendasar antara kepentingan kaum Feminis Liberal dan massa perempuan, dekade ‘feminisme’ diakui publik sebagai milik feminisme liberal. Kaum Feminis Liberal memiliki akses yang lebih besar terhadap uang, media dan pembuat kebijakan publik daripada pekerja perempuan dan kaum kiri. Dan media kapitalis serta partai politik terlalu berhasrat untuk melakukan transformasi atas ‘feminisme’ dari sebuah gerakan militan yang berbasis luas menentang penindasan perempuan dan untuk melakukan transformasi kolektif masyarakat-gerakan pembebasan perempuan-pada satu penegasan tentang hak-hak individu, kepentingan individu dan pemecahan masalah individu, sedikit demi sedikit tanpa merubah struktur fundamental, atau pola pemikiran penguasa, akan memungkinkan kaum perempuan untuk meningkatkan peran dan kesempatan karir mereka dalam status quo
Mungkin kaum Feminis Liberal telah mengklaim bahwa dunia feminisme adalah mereka, namun feminisme mereka bukan untuk kepentingan mayoritas perempuan. Bukan juga feminisme yang akan diakui oleh mayoritas perempuan: karena keberhasilan yang mereka capai seperti duduk di parlemen, berprofesi sebagai konsultan, publikasi akademik dan akademisi merupakan kedudukan yang jauh dari realita kehidupan kebanyakan kaum perempuan
Tidak mengherankan jika kemudian dari hasil survey menunjukkan bahwa dukungan generasi muda perempuan dan tuntutan kesamaan hak untuk perempuan tidak diidentifikasi sebagai ‘feminis’

Postmodernisme
Sebagaimana dalam seluruh gerakan sosial selama dekade terakhir, melemahnya gerakan pembebasan perempuan didorong oleh demoralisasi dan demobilisasi secara luas dalam gerakan kiri
Tekanan dari kelas penguasa dalam negara-negara kapitalis selama tahun 1980-an, kolapnya rejim Stalinis di awal tahun 1990 dan sejumlah propaganda ‘Matinya Sosialisme’ dan ‘Akhir Sejarah’, telah memaksa mundur kelompok kiri tradisional.
Hal ini termanifestasi melalui kemunculan postmodernisme, sebuah bentuk yang ditemukan oleh kaum Liberal untuk dapat bertahan hidup
Postmodernisme menjelaskan penindasan perempuan dan bagaimana mengatasinya melalui departemen study perempuan dan dalam jaringan feminis yang lebih luas di seluruh negara-negara kapitalis maju
Dalam menempatkan awal munculnya gerakan dan memfokuskan pada penindasan yang umumnya dialami kaum perempuan dibawah kapitalisme, feminis postmodernisme menekankan ‘perbedaan’ antara laki-laki dan perempuan, dan pada level individu diantara kaum perempuan itu sendiri, berdasarkan ras, kelas, agama, etnis dan psikologi
Politik perbedaan mengalir dari penolakan kaum postmodernisme untuk mencarii pemahaman tentang masyarakat beserta hukum-hukum yang berlaku yang pada umumnya memangkas perkembangan dan pengalaman individu. Hal ini terbukti karena siapa saja yang bicara atas nama pengetahuan dan kemajuan dalam masyarakat akan dibungkam dan disingkirkan sehingga kelompok tersebut tidak mempunyai kekuatan, akhirnya secara keseluruhan pengetahuan dan kemajuan disingkirkan. Hal ini tampak dalam karakter gerakan feminis yang bersikap sebagai oposisi terhadap pengetahuan yang dianggapnya sebagai ‘wacana kaum laki-laki’, ditentukan seluruhnya oleh ‘sistem nilai kaum laki-laki’. Kaum feminis postmodernisme menyatakan bahwa setiap individu saling berbeda dalam penerimaan, pemahaman dan respon terhadap segala sesuatu dengan begitu mereka menentang pernyataan bahwa ilmu pengetahuan dan pengalaman bersifat ‘universal’. Hal ini diartikan bahwa dalam kehidupannya setiap orang mengerjakan kepentingannya sendiri, mempercayai kepercayaannya sendiri, lebih menghargai pikiran dan pengalamannya sendiri, dan (kemungkinan) menghargai orang lain secara individual. Hal ini menjadi dasar politik bagi gaya hidup dan identitas perseorangan dimana menjalani kehidupan sendiri menjadi gambaran bagi aktivitas politik dan aksi kolektif. Penindasan ekonomi, sosial dan psikologi yang umumnya menimpa kaum perempuan hanya teori belaka tidak benar-benar terjadi
Politik individualisasi feminis yang dijalankan oleh kaum postmodernisme langsung meniupkan hasrat, rasa percaya diri dan kemampuan kaum perempuan untuk berorganisasi dan melakukan perjuangan kolektif untuk perubahan (menjalankan pembebasan penuh dengan cara mereka sendiri). Tekad itu diwujudkan dengan tidak berbicara atas kepentingan lain, untuk tidak menyingkirkan dan menindas sesamanya perempuan dengan cara berbagi pengalaman, sehingga setiap individu perempuan tidak perlu lagi memandang melihat kesamaan antara pengalaman satu pribadi dengan pengalaman orang lain-satu hal yang akan mempersatukan tiap individu untuk melawan penindas, serta mendorong solidaritas terhadap sesamanya
Sebagai sebuah strategi untuk pembebasan, pernyataan ‘kita semua adalah individu’ terdapat dalam ilusi yang memungkinkan untuk melakukan perubahan besar dalam masyarakat untuk menghapus penindasan perempuan secara berangsur-angsur, sektor demi sektor, atau satu demi satu , tanpa membutuhkan aliansi dan perjuangan bersama. Perspektif ini mencuat dan dikuatkan dengan pemikiran bahwa cara paling efektif untuk mendapat kesetaraan gender adalah apabila individu perempuan menempati posisi ‘pembuat keputusan di jajaran status quo
Tetapi bahkan sepintas dalam sejarah radikal, memperlihatkan bahwa setiap langkah signifikan menuju kebebasan hanya dimenangkan oleh sejumlah besar orang yang melakukan perjuangan secara bersama. Hal ini adalah kenyataan baik bagi gerakan pembebasan perempuan maupun yang lainnya

‘Feminis” Gaya Hidup
Dominasi kebebasan individu telah menjadikan gerakan dipenuhi oleh karirisme, konsumerisme dan gaya hidupisme. Di tahun 90-an masyarakat mengkonsumsii pandangan yang diciptakan oleh media tentang ‘feminisme’-penampilan, the venues, literatur, dll-yang kini dilihat sebagai ‘menjadi feminis’. Seluruh industri dikembangkan untuk menyediakan dan menjual produk ‘kesadaran diri feminis’. Kapitalisme meraih keuntungan yang manis dari konsumerisme ‘feminis’
Gaya hidupisme ini bukanlah feminisme. Ini hanya sebuah solusi tipuan atas penindasan perempuan yang tersedia hanya bagi sejumlah kecil perempuan yang mampu ‘menjalani kehidupan’ dengan cara ini. Dengan mengabaikan penindasan kolektif dan perjuangan kolektif untuk melawannya, gaya hidupisme tidak akan memperkuat kaum perempuan untuk memperjuangkan kesetaraan, dan membiarkan tiap individu untuk berjuang bagi dirinya sendiri
Kenyataannya, ‘feminis’ gaya hidupisme sesungguhnya justru melemahkan kaum perempuan dengan tetap menyimpan ilusi bahwa kaum perempuan secara individu dapat membeli kebebasan mereka, dan meyakinkan pada setiap perempuan bahwa mereka yang gagal adalah karena ketidakmampuan mereka secara individu

Lakukan Feminisme Menurut Caramu Sendiri
Pernyataan terakhir dari feminisme Liberal adalah ‘Lakukan Feminisme Menurut Caramu Sendiri-Do It Yourself (DIY) Feminism’. Sering juga disebut sebagai feminisme ‘gelombang ketiga’, yang terpengaruh oleh postmodernisme, yang lahir sebagai respon seketika para generasi muda perempuan terhadap pengkhianatan para pimpinan dari gerakan tahun 70-an yang kini tenggelam dalam karir ‘feminis’ dan menjalankan feminisme menurut cara mereka sendiri-patronase, eksklusif, birokratis dan kompromis dengan penguasa. Dalam bukunya yang berjudul DIY Feminism yang terbit di tahun 1996 Kathy Bail menyatakan ‘Untuk kaum perempuan muda, daripada satu jenis feminisme, ada sekian banyak feminisme yang baru dan lebih menarik…Perubahan ini sesuai dengan DIY dan merupakan karakter filosofi budaya kaum muda’.
Meskipun telah membuang pandangan sempit dan konservatif dari feminis ‘profesional’ Liberal, namun Feminisme DIY masih belum jauh dari akarnya. Feminisme DIY tidak berusaha terpisah dari itu tetapi cenderung menjadi penerus, bahkan lebih memperdalam, pandangan individualistis feminisme femocratic yang semula akan dibuang
Feminisme DIY membuat beberapa istilah seperti ‘riot girls’, ‘guerrila girls’, ‘net chicks’, ‘geek girls’, ‘deep girls’, ‘action girls’, ‘cyber chix’, dll-serta mendorong kaum perempuan untuk mempergunakan istilah itu dan ‘melakukannya untuk kepentingan mereka sendiri’ hingga meraih keberhasilan. Istilah ini tidak sekedar meniru bahasa yang cenderung seksis yang banyak digunakan di masyarakat untuk melecehkan dan merendahkan perempuan dengan menganggap perempuan sebagai anak masih hijau, belum dewasa ('chicks' and ‘girls'), tapi sebagai asumsi bahwa hambatan yang terstruktur di segala sektor masyarakat atas kesetaraan perempuan sudah tidak ada lagi
Dengan demikian secara implisit, jika tidak eksplisit, Feminisme DIY mengacuhkan bahkan mengutuk kaum perempuan yang tidak ‘Melakukan untuk diri mereka sendiri’ dalam wilayah mereka, atau yang ‘mengeluh’ bahwa seksisme telah menjadi penghalang. Bahkan mereka mengabaikan kenyataan bahwa kaum perempuan tidak memiliki kebebasan untuk memilih karir, hobby, kepentingan dan lain-lain karena dihambat oleh seksisme (dan rasisme serta status kelas mereka)
Dasar pemikiran Feminisme DIY yang dengan kesadaran penuh mengabaikan aspek penting dari gelombang kedua yang telah memenangkan beberapa perubahan untuk kaum perempuan, yaitu kolektivitas dan organisasi. Sehingga jelas bahwa Feminisme DIY merupakan satu langkah mundur bagi pembebasan perempuan

Solusi Kami
Resolusi ini menjalankan strategi yang sangat berbeda. Penindasan perempuan yang dianalisa melalui perspektif Marxist, merupakan produk dari masyarakat kelas dan hanya bisa diakhiri apabila kita mampu menghancurkan seluruh tatanan masyarakat kelas
Di saat Feminisme Liberal membuang program untuk melakukan perubahan sosial secara fundamental demi mencari solusi secara individual, masih banyak kaum perempuan yang menjadi korban perkosaan, penghisapan, kelaparan, tidak memiliki hak atas tanah dan dibunuh. Perjuangan untuk kesetaraan, keadilan sejati dan kebebasan masih didepan kita, memberi jarak yang semakin lebar dengan arus yang menyerang hak-hak perempuan
Untuk memenangkan perjuangan tersebut kita harus belajar dari sejarah, yang berhasil dimenangkan oleh gerakan selama bertahun-tahun. Kuncinya adalah bahwa kita harus membangun sebuah gerakan Pembebasan Perempuan yang luas, inklusif, kreatif, aktif dan tidak kompromis untuk meraih kesetaraan dan keadilan untuk perempuan
Perjuangan untuk meraih kesetaraan bukanlah perjuangan antara perempuan melawan laki-laki yang dianggap sebagai penindas mereka, melainkan sebuah perjuangan melawan penindasan masyarakat kelas. Dengan begitu Feminisme harus merancang strategi untuk membangun aliansi dengan kelompok tertindas lainnya-saling belajar tentang perbedaan penindasan di masing-masing sektor, juga memperkuat jaringan yang menyatukan kita untuk berjuang mengakhiri penindasan kelas dan untuk menciptakan sebuah masyarakat dimana setiap orang memiliki kesamaan dalam pilihan hidup dan kesempatan terlepas dari asal-usul ras, kelas dan jenis kelamin
Satu-satunya gerakan yang dapat memperjuangkan dan mempertahankan hak-hak perempuan, hingga membebaskan kaum perempuan sepenuhnya, adalah sebuah gerakan yang mementingkan kebutuhan dan aspirasi mayoritas kaum perempuan daripada segelintir kaum elit

Lisa Macdonald
Oktober 1997


Dikutip dari : FEMINISM AND SOCIALISM Putting the Pieces Together
Diterbitkan oleh : Restistance Book 2001, Australia. Terjemahan Ernawati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar kawan-kawan sangat diperlukan untuk perubahan organisasi kami...