Oktober 29, 2008

Solidaritas Buat Rakyat Papua ( PPRM - DIY-JATENG)

09 Oktober 2008

Solidaritas Buat Rakyat Papua

PERSATUAN POLITIK RAKYAT MISKIN DIY-JATENG(PPRM DIY-JATENG)
Sekretariat : Jl Cantel, Gg IV/354, Baciro-Yogyakarta.
Email: prm.diyjateng@gmail.com

Pernyataan Solidaritas

HENTIKAN WABAH DIARE-KOLERA DI NABIRE, PANIAI dan DOGIYAI SERTA BERIKAN KESEHATAN GRATIS-BERKUALITAS SEKARANG JUGA!

Pada bulan Juni 2008 yang lalu, Menteri Dalam Negeri meresmikan 6 kabupaten baru dan melantik 6 pejabat caretaker bupati di pedalaman Papua dan tepat pada waktu yang sama wabah muntaber menghantam masyarakat Desa Pugatadi I, Desa Denemani dan Desa Dogimani Lembah Kammu Dogiyai Nabire.
Ironis, di tengah puluhan bahkan ratusan rakyat Papua di Lembah Kammu Moanemani, Kabupaten Nabire mati perlahan disebabkan wabah muntaber yang begitu hebat, namun “lebih hebat” lagi pemerintah pusat-daerah lebih memilih sibuk menyiapkan ceremonial pemekaran kabupaten ketimbang terjun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi rakyatnya.
Dapat kita lihat bersama dari data yang dirilis Biro Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan Kemah Injili Gereja Masehi Indonesia dan Sinode Gereja Kristen Injili, serta Serikat Keadilan Perdamaian Keuskupan Jayapura dan Timika memperlihatkan sejak 6 April 2008, 147 warga Lembah Kamuu Dogiyai mati yang penyebabnya diduga adalah kolera dan muntaber. Jumlah perempuan meninggal 90 orang dan laki-laki berjumlah 57 orang, dengan rincian anak-anak berjumlah 38 orang, remaja 18 orang, pemuda 22 orang, dan dewasa berjumlah 68 orang. Itupun terus bertambah secara signifikan menjadi 156 korban.
Mulai tanggal 6 April 2006 muncul wabah muntaber dan kematian di Ekemanida dan Idakotu Desa yang dekat dengan ibu Kota Distrik Kamu Moanemani sampai tanggal 8 Juli 2008. Sejak tanggal 29 Mei 2008 kematian akibat muntaber sudah berhenti namun pada tanggal 2 Juli 2008 timbul kembali di desa Ekemanida. Dan kematian wabah muntaber ini masih lanjut hingga saat ini menjadi 355 orang desa dan anak-anak. Di tengah jumlah korban yang makin banyak berjatuhan, namun jumlah kematian ini dibantah mati-matian oleh YOSINA MANUWARON M.KES Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nabire.
Di bidang kesehatan pun tidak ada suatu penanganan yang intensif untuk diberikan pada masyarakat Lembah Kamu karena tidak didukung dengan fasilitas yang memadai dan obat-obatan sehingga untuk itu harus turun ke Kabupaten Nabire. Serta minimnya tim medis yang memantau perkembangan situasi kesehatan di Lembah Kamu. Hal ini juga diikuti dengan minimnya tenaga-tenaga medis yang berperspektif atau berorientasi pada kemanusiaan.
Riil hari ini, harkat dan martabat rakyat Papua sudah diinjak-injak. Pemerintah Indonesia tidak sayang Manusia Papua tetapi sayang pada kekayaan alam Papua. Dapat kita lihat, gunung emas yang dimiliki rakyat Papua yang seharusnya bisa menjadi jalan keluar untuk menyelesaikan persoalan ini dan persoalan sosial lainnya justru dikuasai oleh pihak asing, Freeport. Dan dalam hal ini pula Negara belum mampu menyelesaikan persoalan kesejahteraan rakyat Papua hari ini, khususnya masyarakat Lembah Kamu.

Jelas sudah bahwa sampai hari ini pemerintah baik dari tingkat pusat dan daerah Kabupaten Nabire tidak punya niatan yang serius dalam menyelesaikan persoalan wabah diare-kolera dan persoalan rakyat lainnya di Papua. Pemerintah Daerah dan Pemerintah Indonesia hanya sayang uang, ,jabatan dan pemekaran Kabupaten Dogiyai. Pilihan untuk menutup mata dan terus menjadi kepanjangan tangan dari pemodal asing yang terus giat dilancarkan hari ini. Terbukti, pemerintah Indonesia mengatakan Pemberian Otsus bagi Propinsi Papua akan mensejahterakan masyarakat Papua Namun Pelaksanaannya NOL, karena Uang OTONOMI KHUSUS dimakan habis oleh Pejabat Jakarta dan Pejabat Papua, sehingga sampai saat ini korban meninggal dunia tidak dapat bantuan dana dan Obat-obatan apa-apa.
Melihat persoalan rakyat Papua hari ini, maka kami dari PERSATUAN POLITIK RAKYAT MISKIN DIY-JATENG (PPRM DIY-JATENG) mendukung terus perjuangan rakyat Papua, khususnya masyarakat Lembah Kamu menuntut haknya untuk bebas dari wabah diare-kolera dan menuntut kesejahteraannya. Serta menuntut kepada kepada Bupati Nabire, Bupati Paniai, Bupati Dogiyai, Gubernur Propinsi Papua, serta Pemerintah Pusat agar:
1.Segera mengambil langkah darurat penanganan wabah dengan mengirimkan tim medis ke lapangan untuk melakukan pengobatan gratis bagi masyarakat yang menderita di TKP wabah tersebut dan tindakan-tindakan penghentian penyebaran wabah;
2.Segera membangun infrastruktur kesehatan baru di daerah-daerah terpencil di Papua lengkap dengan tambahan tenaga medis, bukan hanya untuk mengatasi penyakit yang sudah ada, tapi juga bersifat pencegahan dengan memberikan pendidikan-pendidikan pola hidup sehat;
3.Tidak menyibukkan diri dengan pemekaran dan jabatan politik semata, melainkan memberikan pelayanan kesehatan bermutu seperti diperintahkan pasal 59 UU No.21/2001 tentang Otsus dan sistem kesehatan pangan yang mendukung terjaminnya gizi yang baik;
4.Mengkaji/menyelidiki mendalam tentang penyebab sesungguhnya dari wabah diare-kolera ini dan hasilnya diumumkan kepada masyarakat luas agar dapat menghentikan segala praduga dan kecemasan yang sedang berkembang.
5.Berikan kesehatan gratis serta berkualitas untuk rakyat Papua, tidak hanya pada waktu bencana tetapi juga pasca bencana dengan cara menasionalisasikan aset tambang yang dimiliki asing (Freeport, British Petroleum dll).

Kami juga menyerukan kepada rakyat Papua dan rakyat Indonesia lainnya untuk bersolidaritas dengan tidak henti-hentinya berbicara mengenai persoalan rakyat hari ini dan segera membentuk wadah-wadah organisasi baik di sektor petani, buruh, kaum miskin kota, mahasiswa dan pemuda serta termasuk perempuan di dalamnya untuk terus menyuarakan hak-hak kesejahteraan kita baik itu hak untuk sehat dan hak untuk pintar!

BERIKAN LAYANAN KESEHATAN GRATIS DAN BERKUALITAS UNTUK RAKYAT PAPUA!
Yogyakarta, 6 Oktober 2008
Christina Yulita
Sekretaris Wilayah
PPRM DIY-JATENG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar kawan-kawan sangat diperlukan untuk perubahan organisasi kami...