April 08, 2009

Penggrebekan,penggeledahan, Penyergapan ataukah Sweeping ‘biasa?” (Bagian 1)


oleh : andawatJumat, (3/04) sekitar pukul 12.00 WP Kantor Dewan Adat Papua (DAP) yang beralamat di kompleks ekspo Waena, didatangi oleh pihak aparat keamanan dari satuan Polresta Jayapura dengan menggunakan 3 truck dan 1 mobil kijang mereka memasuki halaman kantor DAP dan mulai menggeledah kantor tersebut dengan mendorong pintu depan.Beberapa anggota langsung masuk ke ruangan -ruangan mengambil beberapa buku, bendera bintang kejora hiasan berukuran mini, tas, dokumen, spanduk, laptop, 1 unit computer serta membawa 14 orang aktifis KNPB.Tidak hanya itu,aparat kepolisian juga mendapat 2 senjata api yang belum diketahui pemiliknya. Senjata ini didapat ketika aparat mulai mengumpulkan orang – orang yang berada di kantor di teras depan kantor.Konon senjata tersebut dilihat oleh salah seorang petugas terletak di atas tas ransel di belakang 2 orang yang dicurigai oleh polisi sebagai ‘pemiliknya’ yakni Mariben Kogoya dan Dina Wanimbo. Mereka semua langsung dibawa dengan menggunakan truck Dalmas ke Polresta Jayapura. Akibat dari pengerebekan, beberapa barang milik kantor tersebut rusak parah seperti 4 pintu, computer, lemari dan barang-barang lainnya. Menurut saksi yang berada di sekitar kantor, bahwa pada awalnya ia sedang membersihkan halaman di sekitar rumahnya yang berada tepat di samping kantor tersebut sekitar pukul 11.30 WP, namun kira-kira 25 menit kemudian tiba-tiba terdengar bunyi sirine mobil polisi yang langsung memasuki halaman kantor kemudian aparat polisi berpakaian lengkap mulai menggeledah kantor. Hingga kini belum diketahui pasti motif yang jelas dari penggeledahan tersebut, dan ke 15 orang yang dibawa ke Polresta Jayapura tidak diketahui secara pasti keterlibatan atau dugaan criminal yang mereka lakukan. Ada cerita berkembang, bahwa penggeledahan kantor DAP diawali dengan kejadian di sekitar jalan raya padang bulan menuju TMP,atau yang lebih dikenal dengan nama “tikungan ale-ale”.Memang pada pagi itu,jum’at 3 april 2009 terjadi keributan soal sengketa tanah atas nama Pengusaha Rasli dengan masyarakat pengunungan saat akan dilakukan pengerukan.Ketika itu Tim satuan Polda datang untuk membantu menyelesaikan.Saat menuju lokasi,mobil truk milik Polda dipanah oleh sekelompok orang pengunungan dan hal itu yang menyebabkan tim Polda Papua menuju ke kantor DAP di depan Expo Waena untuk mencari pelaku. Menurut versi yang lain,bahwa kejadian ini berawal dari penangkapan terhadap 2 orang aktifis mahasiswa di pelabuhan Jayapura yaitu Serafin Diaz dan Musa Tabuni alias Mako Tabuni yang baru saja datang dari Sorong dengan menggunakan KM LAbobar pada pagi hari ditanggal yang sama(3 april 2009). Penangkapan mereka terkait dengan aksi demonstrasi dari DAP dan KNPB pada tanggal 10 maret di Expo Waena,kantor Pos Abe dan DPRP dilanjutkan dengan mencari beberapa activist lainnya ke kantor DAP yang terlibat dengan aksi tersebut. Ketika Latifah Anum Siregar SH,mengecek kebenaran informasi seputar kejadian di Polresta Jayapura sambil mendampingi 14 orang aktifis KNPB.Kasatreskrim polresta Jayapura menjelaskan kronologis yang berbeda.Yaitu bahwa intinya pada hari jumat tanggal 3 april 2009 ada 3 kejadian yang berbeda.Pertama,penangkapan Serafin Diaz dan Musa Tabuni di pelabuhan Jayapura berkaitan dengan peristiwa unjuk rasa saat tanggal 10 maret 2009.Kedua,peristiwa masalah tanah di tikungan ale-ale padang bulan dan ketiga,penggeledahan kantor DAP, menurutnya bahwa ketiga kejadian tersebut terpisah.Anggota polisi yang membantu penyelesaian kasus tanah tim yang berasal dari Polda sedangkan yang melakukan penggeledahan adalah tim gabungan.Menurutnya,sebenarnya tujuan Tim adalah melakukan sweeping di wilayah Expo Waena dan sekitarnya,seperti yang pernah dilakukan sebelumnya.Akan tetapi pada saat Tim tiba di lokasi Expo,massa yang banyak berkerumun di depan kantor DAP berlarian menuju kantor DAP,atas alasan itulah tim Polresta bergerak menuju kantor DAP. Sore setelah kejadian, situasi sempat tegang,informasi berkembang bahwa akan nada penyisiran ke beberapa pemukiman orang pengunungan termasuk asrama mahasiswa.Namun yang terjadi adalah meluncurnya 4 truk Dalmas yang bergerak dari arah Jayapura,berputar sebentar di Buper Waena dan kembali turun di sekitar Expo.Aparat kepolisian di dalamnya langsung melakukan sweeping dari rumah ke rumah yang berada di wilayah Expo,tepatnya anjungan – anjungan yang sudah menjadi rumah tinggal,setelah itu mereka terus berjaga-jaga dimuka jalan.Keesokan harinya(4/4/2009) masih dilakukan patrol oleh pihak kepolisian di sekitar lokasi tersebut.”pasukan akan terus melakukan pengaman berkaitan dengan menjelang Pemilu..” jelas kapolresta Jayapura saat ditemui pagi hari(4/4/2009)…”saat ini pengamanan malam hari tidak lagi dengan tongkat polisi akan tetapi dengan senjata lengkap..’jelasnya. Berkaitan dengan penemuan 2 pucuk senpi jenis Bareta buatan Italia yang secara phisik mirip pistol jenis FN.Bareta menggunakan peluru yang agak berbeda,berbentuk besi bulat-bulat mirip agel. Bareta bukan senjata standar,dikenal sebagai senjata pengawasan,bukan juga senjata milik kesatuan organic.Bareta yang lama beredar melalui pasar gelap dari gudang-gudang senjata di dearah konflik sedangkan produksi yang baru sekarang ‘dijual’ bebas. Bareta,ditemukan di dalam ransel milik Mariben Kogoya dan Dina Wanimbo,ketika ditanya keduanya tidak menjawab.Sesampai di polresta Jayapura,barulah kedua aktifis tersebut mengatakan bahwa benda tersebut bukan milik mereka akan tetapi ‘dititipkan dan mereka tidak tahu milik siapa.Pernyataan tersebut hingga kini masih misterius,sebab menurut pengakuan para aktifis KNPB tidak ada satupun yang memiliki senjata tersebut.Mariben Kogoya dan Dina Wanimbo memberikanketerangan di polresta dengan maksud bahwa mereka sebenarnya tidak mengetahui kalau senjata tersebut ada di atas tas mereka,bukan di dalam tas,seperti penjelasan pihak kepolisian. Masih mengenai senjata tersebut,seorang saksi mata di TKP menjelaskan bahwa dia sempat mendengar seorang polisi mengatakan “itu kamu punya pistol kah?”sambil menunjuk ke belakang kedua aktifis tersebut.Saat itu terjadi penggeledahan tanpa perlawanan,semua aktifis duduk tegang di depan teras sehingga tidak sempat melakukan sesuatu apapun.Saksi itu sempat mengambil gambar pistol di atas ransel dan seorang anggota polisi berpakaian preman yang membuka sarung pistol tersebut.Misteri pistol ini harus diungkapkan dengan jujur. Setelah 15 orang dibawa ke polresta Jayapura untuk dilakukan interogasi,mereka kemudian digiring ke polda Papua sore harinya.Akan tetapi tidak jelas terjadi koordinasi seperti apa di tingkat kepolisian, kemudian malam harinya mereka dikembalikan ke Polresta Jayapura,kecuali Yance Mote.Keesokan paginya,beberapa Pengacara dan aktifis LSM seperti Iwan Niode,Latifah Anum Siregar,Faisal Tura,Hamim Mustafa dari ALDP, Koordinator KontraS Papua Harry Maturbongs,Gustaf Kawer,Pieter Ell,Jimmy Ell dan Johanis Gewab mendatangi Polresta Jayapura.Tim tersebut sempat bertemu dengan kapolresta Jayapura didampingi kasatreskrim polresta J Takamuli mendiskusikan kondisi dan status ke 14 orang tersebut (Mariben Kogoya,Dina Wanimbo,Charles Asso,Herad Wanimbo,Ogra Wanimbo,Terry Setipo,Fendi Taburai,Nerius Sanimbo,Uria Kehy alias Uri (staff DAP),Leonard Loho,Sepa pahabol,Viona Gombo,Nus Kosay dan Yohanes Elopere).


Sumber : Aliansi Demokarasi untuk Papua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar kawan-kawan sangat diperlukan untuk perubahan organisasi kami...