Agustus 11, 2008

PRESS KAMPUS

ORGANISASI yang baik, organisasi yang berisikan orang atau sumber daya manusia (SDM) yang mempunyai tujuan
sama. Adanya kesatuan tekad dan suatu komponen yang saling mendukung satu sama lain, sehingga menciptakan
suasana kerja yang harmonis di dalam tataran yang dinamis. Pers kampus, sebagai bentuk organisasi mandiri
idealnya harus lembaga yang mampu memberikan informasi yang jernih dan akurat. Tanpa ada manipulasi sedikit pun,
sekaligus menghapus bayang-bayang kediktatoran penguasa yang selama ini mengintervensi segala bentuk kekritisan.
Baik di dalam tataran universitas maupun di lingkungan masyarakat luas umumnya.
Permasalahan signifikan yang dihadapi pers kampus dalam perjuangannya, tidak bisa dipungkiri masalah modal dan
ruang. Adanya modal, akan tercipta ruang untuk berkreasi. Modal adalah unsur sentral di dalam perjalanan sebuah
media penerbitan, di manapun. Modal berkaitan dengan uang (money), dan uang adalah suatu bentuk kekuasaan.
Tidak dapat dipungkiri, uang telah menjadi titik penentu sebuah kekuasaan dewasa ini, dibuktikan dengan sebuah realita
di masyarakat yang menjadikan uang sebagai jangkar untuk menyambung kehidupan. Alhasil, semuanya tidak ada
yang tidak mungkin kalau sudah berbicara tentang uang, kecuali masalah kasih sayang dan kebahagiaan. Orang bijak
berkata, uang bukan segalanya, tapi tidak bisa dibohongi juga bahwa segalanya membutuhkan uang, minimal untuk
sebuah tahta dan jabatan. Kembali ke permasalahan pers kampus yang merupakan basic social di masyarakat. Kinerja
pers kampus sedikit banyak melibatkan uang di dalamnya (modal), mulai dari biaya administrasi, liputan sampai ke
ongkos percetakan. Selebihnya idelogi dan kerja keras yang menjadi harga mati dari sebuah pers kampus. Modalnya
tidak lain kucuran dana segar dari pihak rektorat, sebagai birokrat tertinggi di kampus. Bila dihitung secara matematis,
umumnya dana yang diperoleh dari pihak universitas tidak sesuai beban yang harus ditanggung. Sebagai jantung
informasi dan wadah aspirasi mahasiswa, pers kampus harus tetap eksis dan selalu hadir tepat waktu, dalam
memberikan informasinya dengan dana yang pas-pasan. Sehingga para pengurusnya harus memutar otak, kiri-kanan
mencari solusi terbaik untuk tetap bertahan. Pers kampus harus membakar lidahnya sendiri ketika pemodal (rektorat)
membatasi kinerja. Demi kelangsungan hidupnya sebuah pers kampus banyak yang menodai ideologinya sendiri, sangat
disayangkan. Tidak ada uang, maka ruang pun terancam. Mempertahankan ideologi Sebagai organisasi yang bisa
dikatakan independen, modal utama sebenarnya bukan uang semata, tapi sebuah pemikiran yang logis dan kritis, kerja
keras menuju sebuah perubahan ke depan. Sebuah pergerakan yang dinamis dan keinginan yang kuat, itulah modal
utama yang sebenarnya. Dan dari situ pers kampus dapat mengembangkan dirinya sesuai kreativitasnya, untuk keluar
dari bayang-bayang penguasa kampus. Masuk ke dalam dunia bisnis media, adalah salah satu jalannya, jelasnya
dengan memperbanyak iklan dan sponsor. Namun, permasalahan utamanya akan kehilangan identitas dan jati dirinya
sebagai pers mahasiswa menjadi pers komersial. Ini umumnya yang selalu menjadi pertimbangan dari kawan-kawan
pers kampus, yang ingin mencoba terjun ke dunia bisnis media. Sekali terjebak dalam dunia bisnis, ideologi akan
dipertaruhkan. Ideologi yang menekankan, pers kampus adalah sebuah media mahasiswa alternatif dan pergerakan
yang menjauhkan diri dari segala bentuk interpensi, terutama pihak pemodal dan kaum kapitalis. Solusinya, sebagian
tidak bisa menutup diri terhadap dunia bisnis. Namun penetapan batasan yang jelas menjadi kuncinya, selama tidak
mengubah dan merusak tatanan dalam pers kampus itu sendiri. Ini sudah semestinya dijalankan. Media pergerakan
Pergerakan mahasiswa tidak bisa dipungkiri, telah melibatkan pers kampus di dalamnya. Sebab, sebagai wadah aspirasi
mahasiswa, pers kampus merupakan perwujudan dari sikap mahasiswa yang ingin menata sebuah sitem dinamis, dan
bebas dari bentuk interfensi apapun. Setiap pergerakan mahasiswa mempunyai jalur dan bentuk yang berbeda.
Sebuah forum pergerakan mahasiswa tentunya menjadikan ajang demonstrasi sebagai media untuk melakukan
pergerakannya. Namun, pers kampus mempunyai jalur dan bentuk tersendiri, bukan melalui demonstrasi lapangan, tapi
pemberitaan dan penelusuran . Meski sering disebut bermain di balik layar dari sebuah pergerakan mahasiswa, namun
kerja pers kampus sama beratnya dengan pergerakan dan aksi lapangan semacam demonstrasi. Apalagi, dengan
tuntutan harus menyampaikan informasi sejernih dan seakurat mungkin, pers kampus harus peka dan lebih berani
daripada semua elemen pergerakan mahasiswa umumnya. Seperti kata pepatah, mata pena lebih tajam dari mata
pedang, mungkin itulah yang menjadi kelebihan pers kampus. Sejalan dengan perkembangan zaman, selain menjadi
mediator informasi dalam tataran kampus, keberadaan pers kampus sudah diklaim sebagai pers alternatif yang
menyokong keberadaan pers umum yang lebih dulu mewahana di tengah masyarakat. Untuk itu, kinerja dan kualitas
pers kampus harus tetap mencerminkan kenetralan dalam menghadapi setiap permasalahan dan fenomena yang terjadi
di lingkungannya, baik di dalam dunia kampus maupun kondisi real di masyarakat luas, tanpa terkontaminasi
kepentingan pihak manapun. Pemikiran jernih dari mahasiswa, dalam hal ini komponen pembentuk pers kampus, modal
utama yang harus dipertahankan. Selain semangat yang menggelora untuk menuju perubahan yang lebih baik.
Sebagai organisasi dengan sistem kepengurusan estafet dan pengkaderan, penanaman ideologi merupakan langkah
utama yang harus ditempuh untuk tetap mempertahankan kinerja pers kampus, dan tentunya dengan peningkatan skill
dan kualitas. Dengan begitu, pers kampus akan tetap menjadi pers alternatif dan media pergerakan mahasiswa yang
selalu menyuarakan perubahan ke arah yang lebih baik. Semua itu sebuah tantangan yang sulit bagi pers kampus di
tengah keruhnya peta politik dalam maupun luar kampus. Namun, selama mahasiswa menyadari fungsinya, pers
kampus akan terjamin untuk tetap eksis dan lebih baik dari masa ke masa. Sebab, mahasiswa itu sendiri bukanlah
sekelompok orang yang hanya mendengarkan kuliah dari dosennya di kelas, dan membanggakan seberapa banyak
buku yang telah dibaca. Namun mahasiswa perwujudan dari orang-orang yang melihat dengan berbagai arah mata
angin kepada setiap permasalahan di lingkungannya. Sekaligus mencari solusi dari permasalahan itu. Pers kampus
adalah bentuk dan wadah dari perwujudan itu.

1 komentar:

  1. assalamu'aluikum..

    hidup mahasiswa..hidup pers kampus. ayo maju terus, lakukan trus ssuatu yg bs mngubah nkri yg hmpir jtuh,yg dimulai dari tatanan kampus. smg ALLAH SWT slalu mlndngi prjlnn & prgrakan pers kampus & slrh aktivis.

    terima kasih atas blog ini, aq jd smkin termotivasi untk mnjd pers kampus yg mnjg idealis 7 kritis di luar maupun dlm kamopus..

    BalasHapus

komentar kawan-kawan sangat diperlukan untuk perubahan organisasi kami...