Januari 18, 2009

MANUSIA PEMBELAJAR

Manusia pembelajar adalah basis bagi organisasi pembelajar yang kemudian menjadi basis lagi untuk masyarakat pembelajar. Di atas telah didefinisikan bahwa belajar adalah kegiatan perluasan kesadaran secara tajam tentang diri sendiri, dunia sekitar, dan keterkaitan keduanya yang memampukan kita meningkatkan relevansi, inovasi, dan kualitas diri kita, produk kita dan organisasi kita.
Jadi hakikat menuju sukses adalah membangun manusia pembelajar (learning individu). Persoalan terbesar dalam upaya pengembangan manusia pembelajar (dan karena itu organisasi pembelajar) adalah fakta bahwa manusia itu malas belajar. Sebabnya sederhana, belajar itu pada dasarnya susah.
Belajar secara fundamental terdiri dari dua kegiatan, un-learning dan pro-learning, yaitu menanggalkan ilmu lama dan pada saat yang sama menyerap ilmu baru. Menanggalkan paradigma lama dan serentak mengadopsi paradigma baru. Melepaskan ideologi lama sekaligus menganut ideologi baru. Membuang konsep lama serta menerima konsep baru.
Belajar jelas menjadi sulit karena menanggalkan yang lama-lama itu tidak mudah sama sekali, karena kita sudah nyaman dan aman dalam pelukannya. Di sini un-learning adalah sebuah penderitaan, karena kita dituntut untuk menanggalkan kedamaian dan ketenteraman yang sudah akrab. Dalam belajar, untuk paling tidak sejenak, kita harus berada di ruang ketidakpastian, yang bagi banyak orang adalah sebuah kebingungan yang tidak nyaman.
Lebih banyak orang bersikukuh dengan pendapat lama, paradigma lama. Kadangkala paradigma lama ini demikian berkarat sehingga hampir mustahil melepaskannya. Mereka terjebak dalam apa yang disebut sebagai kebekuan paradigma, dimana mereka mengalami tunnel vision dan akhirnya jatuh ke dalam fanatisme yang sempit. Ironisnya mereka tidak tahu bahwa mereka sedang sakit. Orang semacam ini mustahil belajar. Diperlukan sebuah krisis maha besar untuk membuat orang begini mau berubah, menerima kenyataan baru, dan beradaptasi. Sayangnya dalam kebanyakan kasus, waktu tidak berpihak lagi pada mereka. They learn too slow, too little, and too late.
Pro-learning di pihak lain, adalah sebuah kerja keras, yakni pengerahan energi bio-psiko-spiritual dari dalam diri kita untuk mengerti diri kita dan dunia sekeling kita.
Mengerti diri sendiri (improving self-awareness) adalah sebuah perjalanan ke dalam diri sendiri, menjelejahi dan menziarahi hati dan pikiran kita yang terdalam. Namun ternyata jalannya tidak menurun, melainkan menaik. Tepatnya, perjalanan ini adalah sebuah pendakian batin-intelektual sampai kita tiba di sebuah ketinggian kesadaran yang memungkinkan kita mempunyai perspektif yang luas akan kehidupan ini sendiri. Jika kita tiba di tempat tinggi itu maka kita menjadi orang bijaksana. Kita mampu melihat kenyataan dan panorama kehidupan secara lengkap, ada dunia bio-fisikal, ada dunia mental-psikologikal, ada dunia moral-spiritual, ada dunia sosio-komunal lengkap dengan sub-ruangnya seperti ekonomi, politik, keluarga, agama, budaya, hankam, dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar kawan-kawan sangat diperlukan untuk perubahan organisasi kami...